ads
“Asli? kau mau dengan wanita itu?” temanku bertanya dengan penuh heran.

“Padahal, orang sepertimu bisa dapat yang lebih cantik.” Dia kembali menegaskan, seolah ada yang salah dengan pilihanku.

“Lah, dia betul. Padahal orang kayak kamu itu bisa dapat yang lebih cantik, keturunannya bagus. Tuh, seperti ayu, padahal dia cantik, dan bapaknya pengusaha sukses. Padahal dia mau sama kamu, tapi kamu malah tak pernah meliriknya sama sekali” Temanku satu lagi, menambahkan.

Ya, kami bertiga memang sangat sering mengobrol, dulu obrolan kami begitu ringan, di usia yang semakin dewasa ini, obrolan lebih sering berubah menjadi lebih berisi, membicarakan masa depan. Walau tetap, kami sering saling mengomentari pilihan hidup. Seperti obrolan hari ini, kita sedang mengomentari pilihan hidupku, atas wanita yang akan aku lamar bulan depan.

“Ah, kamu ini terburu-buru. Santai saja, nanti padahal bisa jadi kamu dapat yang lebih baik” Kembali, temanku mengomentari pilihanku.

Aku diam sejenak, menghela nafas. Teman-teman bersiap mendengarkan alasanku.

“Teman-temanku, memang ada wanita yang lebih cantik dari wanita yang akan aku lamar, ataupun wanita yang memiliki kekayaan serta keturunan yang lebih baik, pasti ada.” Aku membuka penjelasanku


“Jika kalian bilang aku bisa mendapatkan yang lebih, ya, aku juga sudah berfikir demikian. Yang lebih cantik, yang lebih kaya, yang keturunannya dari keturunan yang lebih baik, tentu aku bisa, itu hal yang mudah.”


“Tapi, aku tidak bisa menemukan, wanita yang lebih salihah dibandingkan wanita yang akan aku lamar ini. Yang mampu menjaga dirinya, yang mampu menjaga ibadahnya, yang mampu menjaga hapalannya, yang mampu menjaga hubungan dengan Tuhannya. Entah kenapa, walau aku tidak menyukai fisiknya yang menurut kalian biasa saja, aku sungguh menyukai dia karena kesalihannya.”

“Kalau aku cinta karena cantiknya, maka ketika wajahnya menua dan tak lagi menarik, aku bisa selingkuh darinya. Kalau aku cinta karena hartanya, maka ketika miskin dan kekurangan uang, aku bisa meninggalkannya. Tapi kalau aku cinta karena ketaatannya pada tuhan, ketika dia khilaf, maka aku bisa mengingatkannya, dan itu adalah ibadah yang baik bagi seorang suami.”

“Aku bisa dapat yang cantik atau yang kaya, tapi aku tau, itu bukan untukku”

Suasana sempat terhenti beberapa saat, teman-temanku terdiam sejenak, meresapi kata-kataku. Tiba-tiba, temanku cengegesan.

“Hahaha, yasudah kalau itu pilihanmu. Kita doakan yang terbaik untuk kamu. Baguslah kalau kau sudah paham kenapa memilihnya, kita hanya takut kamu terburu-buru.” temanku membalas semua penjelasanku tadi.
Aku tersenyum, teman-temanku bisa menerima alasanku. Lalu, kami akhirnya membicarakan berbagai hal lainnya, kedua temanku juga berulang kali mendoakan agar lamaran saya lancar. Lalu, aku bertanya satu hal pada mereka.

“Jadi kalian kapan?”

Lalu, langit-langit ruangan tiba-tiba hening, seperti pemakaman yang tak dikunjungi para peziarah.