ads
Dulu, aku selalu berdoa, agar kau menjadi pasanganku, agar kau menjadi teman hidupku, agar kau menjadi jodohku. Kau, hanya kau yang kuinginkan untuk bisa menemaniku, menikmati sisa hidupku. Perasaanku padamu, rasa cintaku padamu, kekagumanku padamu, membuat kau selalu ada dalam setiap doaku.

Dulu, namamu selalu ada dalam doaku.

Namun, kini, aku mulai mengenali sosok yang lain. Aku mengenali Tuhanku, dzat yang walau tak dapat kulihat parasnya, namun bisa kucintai. Tak bisa kupegang, namun bisa kurasakan. Dan aku kini tau, Allah selalu mencintai hamba-Nya yang mencintai-Nya. Allah akan memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya, sekalipun itu dianggap buruk oleh hamba-Nya.

Kini, namamu tak lagi dalam doaku.

Aku tak ingin melangkahi takdir tuhan. Aku tak ingin memaksakan kehendakku untuk memilikimu. Aku takut kecewa ketika aku selalu menginginkanmu, tapi ternyata kau bukan untukku.

Bukankah sungguh egois, jika aku akan senang jika mendapatkanmu sedangkan aku akan kecewa pada Allah jika aku ternyata bukan untukmu? Padahal bisa jadi, ada orang lain yang juga sedang berdoa agar bisa mendapatkanmu, dan ternyata  Allah menakdirkan dirimu dengan dirinya karena itulah yang terbaik. Apakah aku harus kecewa dengan keputusan sang pencipta?

 Tidak, setiap keputusan tuhan, adalah yang terbaik bagi hamba-Nya, sekalipun itu menyakitkan. Maka dari itu, aku tak ingin egois. Aku tak menyebut namamu lagi dalam doaku. Kini aku berdoa pada tuhanku, agar ku diberikan pasangan yang baik, entah siapa orangnya, dari arah mana dia datang, dengan cara apa kami dipertemukan, entahlah, aku percayakan pada Tuhanku.

Sungguh, namamu tak lagi dalam doaku. Tapi aku berdoa agar diberikan yang terbaik.

Jika memang bukan kau, maka itu yang terbaik. Tapi jika itu memang kau, maka itu juga yang terbaik.

Percayalah, Allah adalah perencana kehidupan yang paling baik.